30 July 2025 – Mohamad Arief Junaidi, akrab disapa Arief, seorang pemuda kelahiran Tegal yang banyak sekali memiliki impian dan harapan , sejak kecil tumbuh besar tidak dipangkuan kedua orang tua, melainkan besar dipangkuan seorang nenek yang mengajarkan apa itu arti kehidupan. Arief menuliskan daftar impian dengan penuh harapan di buku kecil miliknya, membayangkan satu per satu impian itu akan terwujud.
Aku sangat senang mempelajari hal-hal baru, Lomba demi lomba kulalui dari bangku sekolah dasar. Tak selalu mudah, tapi hampir selalu berbuah prestasi. Dari situlah aku belajar mencintai proses dan hasil sekaligus. Setiap kali menang lomba, bukan piala ataupun piagamnya yang paling berharga. Tapi ekspresi bangga dari orangtuaku. Itu cukup jadi bahan bakar untuk langkah-langkahku selanjutnya.
Tak banyak yang tahu bagaimana rasanya menangis bukan karena sedih, Di balik tiap juz, ada doa, air mata, dan tekad yang tak terlihat.
Alhamdulillah di usiaku ke 13, aku menyelesaikan hafalan Al-Qur’an. Bukan karena hebat, tapi karena Allah jaga niat. Ayat demi ayat, kini jadi bagian dari hidup yang harus terus dirawat.
Hafalan itu bukan hanya kujaga, tapi juga kubawa ke panggung lomba. Alhamdulillah, pernah berdiri di ajang nasional, mewakili pondok pesantren. Bukan untuk mencari tepuk tangan, tapi sebagai bentuk syukur dan pengabdian atas ilmu yang Allah titipkan.
Aku ingin menjadi pemuda yang aktif, kreatif, inovatif, inspiratif, berdaya saing serta tentunya mampu memberikan dampak positif bagi lingkungan dan menjadi pemuda harapan bangsa. Dalam dunia Pendidikan, alhamdulillah aku selalu mendapatkan prestasi dari mulai TK – SD, untuk jenjang SMP – SMA aku menghabiskan waktu pendidikanku di pondok pesantren.
Pada jenjang menengah, aku merupakan santri di Pondok Pesantren Al-Rahmah, sebuah pondok yang baru dirintis namun memiliki perkembangan yang cukup pesat. dan aku hampir selalu menjadi peringkat 1 kecuali di kelas 7 menjadi peringakat 2, bahkan aku pernah menjadi Juara Umum di Pondok Pesantren Al-Rahmah di tahun pertamaku, karena nilaiku merupakan nilai terbesar diantara seluruh santri yang berjumlah kurang lebih 3.000 santri di pondok Al-Rahmah.
Setelah menyelesaikan Pendidikan di jenjang SMP. Aku memutuskan untuk pindah ke Pondok Modern Darussalam Gontor, yang merupakan kiblat dari semua pondok pesantren di Indonesia. Di Pondok Modern Darussalam Gontor disiplin berjalan 24 jam, tidak ada waktu tanpa disiplin. Pondok Modern Gontor bukan tempat yang mudah dimasuki, tapi Allah memberiku jalan. Karena prestasi yang kuukir, aku mendapat beasiswa santri berprestasi di tahun pertamaku. Bukan beasiswa penuh, tapi cukup menjadi tanda bahwa perjuanganku dilihat dan dihargai. Di Gontor, aku belajar lebih dari sekadar pelajaran; aku belajar tentang hidup, kedisiplinan, dan arti perjuangan yang sesungguhnya.
Setelah menyelesaikan pendidikan di jenjang santri, seluruh alumni Gontor wajib mengabdikan dirinya selama satu tahun untuk mengajar, belajar, dan membantu pondok. Baik itu di Pondok Gontor ataupun Pondok Alumni. Selama mengabdi aku selalu memberikan afirmasi positif kepada seluruh santri, aku ingin mereka menjadi jauh lebih baik daripada diriku. Nasehat, ilmu, dan arahan yang kudapati selama menjadi santri aku salurkan kepada mereka, penuh harapan bisa menjadi amal jariah yang tidak akan pernah putus.
Tinggal di Turki bukan hanya tentang merantau. Di setiap percakapan dan pertemuan, aku membawa nama Indonesia. Aku mengenalkan budaya, bahasa, dan keramahan negeri yang kucintai, bukan lewat selebaran, tapi lewat sikap, cerita, dan cara berinteraksi.
Aku sadar, menjadi wakil Indonesia di luar negeri tak perlu panggung besar. Cukup hadir dengan karakter baik dan kebanggaan terhadap tanah air. Di negeri orang, aku belajar menjadi jembatan kecil yang menghubungkan dua dunia.
Menjadi Duta Inspirasi bukan sekadar menyandang selempang, ini tentang membawa cerita hidup yang nyata ke ruang publik. Di sini, aku tidak hanya merasa dihargai, tapi juga diberdayakan. Aku diberi ruang untuk bersuara, untuk menjadikan pengalaman sebagai bahan bakar inspirasi bagi banyak orang.
Melalui setiap kisah, aku belajar bahwa luka bisa menjadi cahaya, dan perjuangan bisa menjelma semangat bagi mereka yang hampir menyerah. Ini bukan hanya tentang tugas; ini adalah perjalanan penyembuhan, pengabdian, dan harapan yang terus menyala. 6 bulan bersama duta inspirasi Indonesia adalah perjalanan hebat yang penuh makna. Arief sangat senang dan bangga menjadi bagian dari perjalanan hebat ini. Terimakasih Duta Inspirasi Indonesia.