Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Pendidikan

Program Kampus Mengajar: Efektifkah untuk Literasi dan Numerasi Siswa Indonesia? 

69
×

Program Kampus Mengajar: Efektifkah untuk Literasi dan Numerasi Siswa Indonesia? 

Sebarkan artikel ini

Penulis : Abi Zaky Mashuri

Jakarta, 31 Juli 2025 – Program Kampus Mengajar yang diluncurkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 2021 sempat menjadi salah satu andalan pemerintah dalam meningkatkan literasi dan numerasi siswa sekolah dasar (SD) dan menengah pertama (SMP) di daerah tertinggal. Namun, dengan berakhirnya program ini pada 2024, muncul pertanyaan: seberapa efektif program tersebut, dan apakah dampaknya masih terasa bagi pendidikan Indonesia?

Jasa Press Release

 Tujuan dan Realisasi Program

Program Kampus Mengajar dirancang untuk mengirim mahasiswa sebagai asisten guru di sekolah-sekolah dengan tingkat literasi dan numerasi rendah. Mahasiswa bertugas membantu pembelajaran, administrasi, serta penguatan teknologi. Selama 3 tahun pelaksanaan, lebih dari 150.000 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi turut serta, menjangkau ribuan sekolah di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).

Keberhasilan dan Tantangan

Berdasarkan laporan Kemendikbudristek (2023), program ini berhasil:

  1. Meningkatkan rata-rata nilai literasi siswa sebesar 12% dan numerasi 9% di sekolah sasaran.
  2. Memperkenalkan metode pembelajaran kreatif berbasis teknologi.
  3. Membantu guru dalam menyusun bahan ajar dan manajemen kelas.

Namun, beberapa kritik muncul, seperti:

– Dampak jangka pendek: Peningkatan literasi dan numerasi tidak selalu berkelanjutan setelah mahasiswa meninggalkan sekolah.

Jasa Stiker Kaca

– Keterbatasan pelatihan: Sebagian mahasiswa kurang siap menghadapi tantangan di lapangan.

– Evaluasi program: Minimnya transparansi data dampak jangka panjang.

 Mengapa Program Ini Dihentikan?

Kemendikbudristek menyatakan bahwa penghentian Program Kampus Mengajar bagian dari penyesuaian kebijakan dan pengalihan anggaran ke program lain, seperti Guru Penggerak dan Digitalisasi Sekolah. Namun, pengamat pendidikan seperti Indra Charismiadji menilai, program ini seharusnya dipertahankan dengan perbaikan sistem, terutama dalam hal monitoring pasca-program.

 Pentingkah Program Ini bagi Siswa Indonesia?

Literasi dan numerasi tetap menjadi fondasi kritis dalam pendidikan. Hasil PISA 2022 menunjukkan Indonesia masih berada di peringkat bawah (ke-65 dari 81 negara), membuktikan bahwa upaya sistematis seperti Kampus Mengajar masih dibutuhkan.

“Program ini memberi dampak positif, terutama di daerah yang kekurangan guru. Namun, harus ada mekanisme lanjutan agar perubahan tidak berhenti saat program selesai,” ujar Ahmad Baedowi, Direktur Pendidikan Yayasan Sukma.

 Ke Depan: Apa yang Bisa Dilakukan?

Beberapa rekomendasi untuk program serupa di masa depan:

  1. Integrasi dengan Kampus Merdeka: Memperkuat pelatihan mahasiswa sebelum diterjunkan.
  2. Kolaborasi dengan pemerintah daerah untuk keberlanjutan.
  3. Evaluasi berkala dengan indikator yang terukur.

Program Kampus Mengajar mungkin telah berakhir, tetapi pembelajaran dari inisiatif ini bisa menjadi pijakan untuk kebijakan yang lebih matang dalam menjawab tantangan literasi dan numerasi Indonesia.

Sumber: Kemendikbudristek, Laporan PISA 2022, Wawancara Pakar Pendidikan

Example 120x600